Produksi sepeda mengalami stagnasi pada kuartal terakhir tahun ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo mengatakan utilisasi kapasitas produksi masih belum beranjak dari angka 50 persen. Pasalnya, terjadi perlambatan serapan sepeda di pasar yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Hal ini ditengarai karena daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Pada situasi normal, serapan sepeda pada November-Desember akan meningkat sehingga pabrikan dapat kembali menggenjot produksi.
"Demand baru berkurang tetapi stok masih banyak, sehingga untuk kapasitas produksi maksimum hanya 50 persen," kata Eko kepada Bisnis, Rabu (15/12/2021).
Eko menjelaskan penyebab utama serapan yang rendah yakni ekspektasi importir dan produsen terhadap penjualan tahun ini yang tinggi usai lonjakan pada 2020. Tidak sesuai ekspektasi, pasar sepeda tahun ini menurun dari posisi puncak tahun lalu.
Sementara itu, pembukaan kembali pembelajaran tatap muka di sekolah juga belum dirasakan berdampak pada penjualan sepeda.
"Setelah masa Covid yang panjang ini, pasarnya tidak seperti tahun lalu. Sekarang pelaku sepeda, secara pertumbuhan organik saja, sedangkan [stok] barang masih banyak," lanjutnya.
Tahun depan Eko berharap adanya perbaikan kondisi pasar sepeda, seiring proyeksi perbaikan daya beli dan indikator ekonomi makro lainnya yang optimistis.
Eko mengatakan penjualan sepeda sepanjang tahun ini akan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun lalu. Hal itu terutama karena lonjakan penjualan pada 2020 yang kemudian diikuti dengan turunnya respons pasar secara drastis.
"Mudah-mudahan tahun depan [membaik], ekonominya bagus, terus juga ada trigger yang menggerakkan pasar kembali. Karena minat sepeda itu harus digerakkan," ujarnya.
Menurut catatan Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), total permintaan sepeda di pasar domestik mencapai kurang lebih 8 juta unit pada 2020. Sekitar 3 juta-3,5 juta unit merupakan hasil produksi dalam negeri.